Dalam definisi Seels dan Richey desain isntruksional meliputi langkah analisis, rancangan, pengembangan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Berdasarkan teori system Atwi Suparman menyederhanakan langkah tersebut menjadi tiga seperti pada bagan di bawah ini.
FiguFigure 1 Langkah Desain Instrucsional
Sumber: Atwi Suparman, Desain Instruksional, Hal 13.
Untuk lebih jelas skema tersebut dapat dimodifikasi seperti di bawah ini.
Figure 2
Langkah desain instruksional
Skema ini menggambarkan tiga langkah instruksional. Pertama pengembangan instruksional. Didalam langkah ini terdapat sub langkah analisis kebutuhan belajar, perumusan tujuan pembelajaran, perumusan indicator hasil belajar, penyusunan instrument penilaian hasil belajar, penentuan strategi pembeljaran dan penyusunan bahan ajar. Tahap kedua adalah tahap implementasi yaitu melaksanakan proses pembealjaran. Tahap ketiga adalah melakukan pengukuran terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran baik formatif maupun sumatif.
Langkah desain instruksional oleh para ahli dijabarkan kedalam langkah-langkah dan komponen-komponen yang lebih detil. Para ahli menggambarkan komponen dan langkah instruksional dalam bentuk model instruksional yang satu dengan lainnya berbeda. Perbedaan model-model insatruksional tersebut dilandasi oleh oendekatan dan pengalaman praktis yang mereka kembangkan. Salah satu model yang sering digunakan adalah model desain instruksional Dick and Carey. Secara keseluruhan model tersebut tergambar dalam skema di bawa ini.
Pigur 3. Model Desain Instruksional Dick and Carey
Di tataran nasional Profesor Atwi Suparman mengembangkan model sendiri yang hampir mirip dengan model yang dikembangkan Dick and Carey. Model tersebut digambarkan dalam skema di bawah ini.
Pigure 4. Model Desain Instruksional Atwi Suparman
Kedua model di atas menggambarkan komponen dan langkah desain instruksional yang hampir sama.
Dalam kedua model tersebut terdapat komponen system pembelajaran yang sama namun terdapat perbedaan urutan langkah dalam melaksanakannya. Dalam Dick And Carey menyusun tes acuan patokan dengan penentuan strategi pembelajaran dilakukan secara berurutan sedangkan dalam model Atwi Suparman kedua komponen tersebut dilakukan dalam langkah yang bersamaan. Dalam model Atwi Suparman kegiatan revisi hanya digambarkan dengan anak panah sedangkan dalam model Dick and Carey digambarkan sebagai sebuah kegiatan. Satu perbedaan lagi, dalam model Atwi Suparman tidak ditulislan langkah penyusunan instrument dan kegiatan penilaian sumatif, sedangkan pada model Dick and Carey dinyatakan sebagai langkah gtersendiri.
Berikut penjelasan singkat mengenai setiap langkah dan komponen dalam kedua model
1. Uji Kebutuhan untuk Menentukan Tujuan Instruksional. Yang pertama harus dilakukan ketika mendesain pembelajaran adalah uji kebutuhan belajar. Langkah ini disebut juga need analysis yang artinya analisis kebutuhan. Yang harus ditegaskan adalah konsep need (kebutuhan). Artinya dalam kegiatan ini perancang instruksional bukan menganalisis apa yang perlu diajarkan tetapi menganalisis apa yang dibutuhkan oleh yang akan belajar untuk dikuasai. Hasil dari kajian ini berupa rumusan kompetensi yang menggambarkan kemampuan yang ingin dikuasai oleh para peserta didik. Rumusan kompetensi ini akan dijadikan tujuan instruksional.
Dalam konteks Sistem Pendidikan Nasional di tingkat pendidikan dasar dan menengah langkah ini dilakukan oleh BSNP yang hasilnyan berbentuk rumusan kompetensi yang tertuang dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Melakukan Analisis Instruksional. Langkah ini merupakan langkah analisis terhadap tujuan pembelajaran sebagai pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional, menentukan syarat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang atau yang sering disebut dengan entry behavior yang dibutuhkan peserta didik sebelum memulai belajar. Hasil dari analisis ini adlah skema atau diagram alur belajar atau prosedur belajar yang harus diikuti siswa dalam mengikuti program isntruksional.
3. Menganalisis karakter peserta didik dan konteksnya. Pada langkah ini dilakukan kajian mengenai siapa yang akan belajar (peserta didik). Sebuah desain instruksional dengan tujuan yang sama bisa jadi menerapkan strategi instruksional yang berbeda untuk peserta didik dengan karakter berbeda. Dalam Sistem Pendidikan Nasional diberlakukan SKL, SK dan KD yang sama, padahal untuk peserta didik yang sangat beragam. Itu bisa terjadi namun para perancang instruksional yaitu para pendidik mengembangankan desain instruksional yang berbeda disesuaikan dengan karakter peserta didika yang akan belajar. Oleh karena itu sangat penting melakukan kajian mengenai intake siswa.
Objek kajian adalah keberadaan peserta didika sekarang yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan pada materi terkait yang sudah dimiliki, perilaku belajar, kesukaan belajarn, motivasi akademik, sikap terhadap mata pelajaran dan sejenisnya.
Selain itu dianalisis juga konteks lingkungan sosiologis dan antropologis dimana peserta didik berada. Misalnya, para peserta didik berasal dari daerah pedesaan di pantau, atau berasal dari perkotaan. Kedua latar belakang tersebut berbeda dalam konteks sosiologis dan antropologis.
Informasi ini akan dimanfaatkan oleh pendidik untuk mengambil keputusan mengenai strategi apa yang akan diterapkan, apa sumber belajarnya, dan bagaimana teknik menilai hasilnya.
4. Menulis Tujuan Pembelajaran Khusus (Performance Objectives). Dalam konteks system pembelajaran di Indonesia disebut indikator hasil belajar atau indicator pencapaian kompetensi (IPK). Indikator dirumuskan berdasarkan tujuan pembelajaran (SKL, SK dan KD), setelah itu mempertimbangan karakter dan latar belakang para peserta didik. Indikator yang dirumuskan oleh seorang pendidik untuk mencapai SKL, SK dan KD yang sama untuk peserta didik dengan karakter berbeda bidsa jadi berbeda. Indikator yang dirumuskan berfungsi sebagai landasan dalam penyusunan intrumen evaluasi.
5. Mengembangkan Instrumen Penilaian. Melalui langkah ini tersusun instrument tes acuan patokan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
6. Mengembangkan Strategi Instruksional. Berdasarkan informasi dari lengkah sebelumnya maka dirumuskan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembaljaran. Strategy terdiri dari bentuk kegiatan untuk mengawali pembealjaran atau kegiatan pendahuluan, model dan metode yang akan digunakan dalam kegiatan inti, bentuk kegitan latihan, teknik menyampaikan umpan balik, teknik penilaian. Strategi yang dipilih haus dilandasi oleh teori pembelajaran mutahir dan hasil-hasil kajian dan penelitian mengenai pembelajaran, karakter dari media yang digunakan, materi ajar, dan karakter dari peserta didik.
7. Mengembangkan Dan Memilih Materi Ajar. Dalam tahap ini disusun bahan ajar seperti lembar kegiatan, rangkuman materi ajar, modul belajar, bahan tayang, rekaman suara, multimedia berbasis computer, halaman web dan sejenisnya. Keputusan mengenai jenis bahan ajar mana yang akan digunakan tergantung kepada karakter peserta didik, media yang digunakan, karakter materi dan kemampuan biaya.
8. Merancang dan menyelenggarakan penilaian formatif. Langkah berikutnya adalah merancang dan melaksanakan penilaian formatif. Penilaian ini dimaksudkan untuk megumpulkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran. Data yang dihasilkan menjadi umpan balik untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
9. Merevisi desain Instruksional. Pada langkah ini dilakukan perbaikan pembelajaran dilandasi umpan balik hasil penilaian formatif. Lagkah ini menjadi penghubung antara langkah awal dan langkah akhir instruksional dalam sebuah siklus isnstruksional. Garis yang menghubungkan antara langkah ini dengan langkah lain dalam skema menunjukkan bahwa data hasil penilaian formatif tidak digunakan sekedar memperbaiki pembelajaran melainkan menguji kembali valisitas dari analisis instruksional dan asumsi mengenai entri behavior dan karakteristik peserta didik yang dignakan. Juga sangat penting untuk menguji kembali rumusan tujuan dan indicator pembelajaran. Elain itu apabila berdasarkan data dianggap perlu merevisi strategi pembalajaran untuk meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan.
10. Merancang dan Melakukan Penilaian Sumatif. Dalam model Dick and Carey langkah ini tidak merupakan bagian dari kegiatan merancang instruksional, melainkan sebagai penilaian yang dilakukan oleh orang luar elain perancang instruksional untuk menguji efektifitas dari desain isntruksional setelah dilakukan perbaikan.
Kaitannya dengan tradisi dan peraturan perencanaan pembelajaran dalam Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, langkah-langkah tersebut terjadi ketika melakukan analisis SI (SK dan KD), mengembangkan silabus dan menyusun RPP. Langkah pertama telah dilakukan oleh BSNP dan tertuang dalam SKL dan SI.
Pekerjaan pendidik mulai dari langkah kedua. Dalam tradisi para pendidikan langkah kedua yaitu analisis instruksional pelaksanaannya digabung dengan langkah keempat yaitu merumuskan indikator. Dua langkah ini dilakukan dalam kegiatan pemetaan Standar Isi, atau lebih sering disebut Pemetaan SK-KD. Pada kegiatan ini para pendidik mencoba menginterpretasi apa yang dimaksud dalam SK dan KD lalu menjabarkannya kealam indicator.
Yang sering luput dari perhatian para pendidik adalah menganalisis entry behavior. Padahal langkah ini akan menjadi landasan untuk memutuskan substansi pada langkah berukutnya, termasuk ketika merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Ketika para pendidik melangkahi tahap ini berarti mendisain pembelajaran untuk peserta didik yang tidak dikenal. Ini sama dengan seorang dokter memberikan resep obat untuk seorang pasien yang ia tidak tahu menahu mengenai penyakitnya. Bisa saja kebetulan tepat, tapi kemungkinan besar meleset dan dampaknya bisa fatal. Wajar saja kalau selama ini banyak pendidik yang kurang berhasil memfasilitasi para peserta didik untuk belajar lebih mudah dan lebih cepat.
Langkah berikutnya dilaksanakan oleh para pendidikan ketika mengembangkan silabus dan RPP. Pada langkah ini para pendidik menetapkan strategi pembelajaran, bahan ajar dan strategi penilaian hasil belajar. Langkah penyusunan instrument penilaian biasanya dilakukan tersendiri melalui kegiatan penysuanan kisi-kisi instrument dan mengkonstruksi instrument.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar